Penerapan Teknologi dalam Sepakbola

Hingar bingar Piala Dunia 2010 telah selesai beberapa hari yang lalu. Kehebohannya telah menyihir semua lapisan masyarakat, untuk selalu mengikuti perkembangannya. Dari masyarakat kecil sampai wakil wakil rakyat bahkan presiden, sangat antusias untuk menonton setiap pertandingan di event 4 tahunan itu. Banyak orang rela ber-“lek-lekan” ria, hanya untuk menonton aksi-aksi sang selebritis lapangan hijau.

Namun, dibalik kehebohannya ada saja kekurangannya, seperti kesalahan yang dilakukan wasit Piala Dunia ini. Yang paling fatal adalah dianulirnya gol tendangan jarak jauh Frank Lampard dari Inggris, saat Jerman menggilas Inggris 4-1. Padahal dari tayangan ulang dengan jelas terlihat bola sudah 100% melewati garis gawang.

Dari kejadian di atas, sering wasit ditunjuk sebagai pihak yang dipersalahkan. Namun, seiring dengan makin majunya jaman, maka teknologi pun sedikit demi sedikit disisipkan dalam olahraga, tak terkecuali sepakbola. Teknologi tidak bisa dipersalahkan, karena ia bekerja berdasarkan prosedur tertentu sehingga mustahil berbuat curang. Teknologi ini juga selain untuk mengurangi kecurangan, juga bagus untuk kebaikan dari pemain sepak bola itu sendiri.

Adapun beberapa teknologi yang mungkin diterapkan dalam sepakbola :

1. Microchip di dalam bola
Microchip yang ditanam ke dalam bola ini berukuran kurang dari ½ inchi. Microchip ini akan memancarkan sinyal radio saat bola sudah melintasi garis. Sinyal ini kemudian akan diterima oleh antena-antena yang ditempatkan di pojok-pojok lapangan, kemudian diteruskan ke suatu alat seperti jam tangan yang dipakai oleh wasit, yang akan memberi tahu wasit jika bola sudah sepenuhnya melewati garis gawang. Adidas sebagai produsen bola sudah mulai mengadopsi teknologi ini.

2. Sepatu detektor
Adidas lagi-lagi mempunyai rencana besar untuk membuat produk berteknologi tinggi. Kali ini adidas merencanakan membuat sepatu yang sanggup mendeteksi keletihan dan ketidakberesan yang terjadi di otot kaki pemain. Perangkat utamanya yaitu sebuah chip, yang mampu mendeteksi frekwensi dan gerakan otot kaki pemain dan akan memberikan sinyal jika ada perbedaan frekwensi dari pergerakan otot yang normal

Dengan begitu. teknologi ini, dapat mengurangi resiko cedera pada pemain. Otot yang tidak beres sering terjadi setelah pemain terkena sliding, terjatuh, atau posisi menendang yang salah. Teknologi ini juga dapat mendeteksi seberapa jauh efek-efek yang terjadi akibat benturan-benturan, sehingga dapat mencegah cedera yang cukup serius.

3. Techno wear
Diadopsi dari pakaian renang hi-tech, seorang mahasiswa bernama David Evans dari jurusan Desain Industri Universitas Northumbria yg dibantu pakar ilmu olahraga Liverpool John Moores University, kemudian menerapkannya ke dalam sepakbola. Pakaian ini digunakan untuk memonitor tingkat hidrasi dan detak jantung pemain. Bahan utama kostum berteknologi tinggi ini adalah bahan electro-textile, sedangkan perangkat utamanya menggunakan sensor yang dapat merekam detak jantung, yang kemudian diteruskan melalui sinyak radio, ke komputer di pinggir lapangan. Selain itu sensor juga dapat memonitor tingkat dehidrasi dan keletihan pemain dengan cara mengoleskan jelly silikon pada punggung pemain yang saat bereaksi dengan keringat memperlihatkan kondisi kelelahan dan tingkat dehidrasi.

Penciptaan teknologi ini mulanya diinspirasi karena kematian seorang pemain Man. City yaitu Marc Vivan Voe, yang meninggal mendadak saat bermain di tengah lapangan, yang belakangan diketahui karena kelelahan luar biasa disertai serangan jantung, yang tidak terprediksi sebelumnya.

4. Hawk eye
Teknologi ini hampir sama fungsinya dengan bola ber-microchip, yaitu untuk memastikan keabsahan suatu gol. Teknologi ini sudah lama digunakan pada olahraga tenis. Namun justru mantan pemain tenis nomor satu dunia Roger Federer mengatakan teknologi ini tidak terlalu penting pada tenis, justru sangat diperlukan dalam sepakbola. Dalam pengaplikasiannya, dibutuhkan dua asisten wasit tambahan yang berposisi di belakang gawang untuk melihat keabsahan sebuah gol.

Saat ini FIFA telah mempertimbangkan untuk menggunakan teknologi ini di kemudian hari. Dengan adanya teknologi-teknologi ini, diharapkan tidak ada lagi kecurangan ataupun cedera yang menimpa pemain akibat faktor X. Selain itu tidak ada lagi pemain yang protes bahkan melakukan kekerasan terhadap wasit akibat keputusannya. Dan mungkin bila diterapkan di Indonesia, para korps wasit akan dengan tenang bekerja memimpin pertandingan, tanpa cacian protes dan kekerasan dari pemain maupun penonton.
0 Responses

Tinggalkan komentar Anda...